Selamat Datang

Selamat datang di website Krontjong Toegoe. Disini kamu tidak hanya dapat menemukan karya musik dan vidio kami namun juga sejarah perjalanan musik kami. Jika kamu tertarik untuk mengetahui lebih banyak tentang kami atau meminta kami perform untuk segala kebutuhan kamu, silahkan klik link di bawah ini yaa

Jadwal

Setiap hari minggu kami latihan di Living Museum / Rumah Toegoe.
Feel free to watch us.

Acara Mandi Mandi

01-01-januari 2024 13:00 - 17:00

Please come and visit usPlease come and visit usPlease come and visit usPlease come and visit usPlease come and visit us

Jl Gereja Tugu Jakarta Utara

Acara Mandi Mandi

01-01-januari 2024 13:00 - 17:00

Please come and visit usPlease come and visit usPlease come and visit usPlease come and visit usPlease come and visit us

Jl Gereja Tugu Jakarta Utara

Acara Mandi Mandi

01-01-januari 2024 13:00 - 17:00

Please come and visit usPlease come and visit usPlease come and visit usPlease come and visit usPlease come and visit us

Jl Gereja Tugu Jakarta Utara

Video

The best video Krontjong Toegoe

Waarom Huil Je Toch, Nona Manis? (feat. Rudy Djoe)
Jali-Jali | Krontjong Toegoe
Krontjong Toegoe - Kisah Seorang Ganjar

Dengarkan Sekarang

    Instagram

    Sejarah



    Mereka ditangkap oleh VOC dan pada tahun 1661 dibuang ke Kampung Tugu. Mereka merupakan leluhur komunitas Tugu yang mewarisi budaya Portugis dari abad ke-16. Akibat terisolasi dari kehidupan kota, mereka mengusir kesepian dengan bermain musik dan menyanyikan lagu-lagu Portugis. Musik mereka kemudian menjadi cikal bakal genre musikal Krontjong Toegoe, dengan karakteristik sebagai musik yang mengiringi kelompok penyanyi dengan gaya yang spontan dan bersahaja tanpa ornamentasi dan vibrato. Genre itu juga memiliki pembawaan ekspresi yang spontan dalam bernyanyi. Lagu Moresco dan Cafrinho memperlihatkan pengaruh Portugis asal Moor dan Afrika. Adapun iringan musiknya terdiri dari tiga gitar kecil buatan sendiri, yaitu prounga berukuran agak besar, macina berukuran sedang, dan jitera berukuran paling kecil.

    Musik keroncong diyakini telah dilahirkan di Kampung Tugu sejak lebih dari tiga abad yang lalu. Namun kegiatannya tercatat untuk pertama kali ketika mereka mendirikan orkes keroncong Moresco Toegoe pada tahun 1925. Mereka percaya bahwa dengan melestarikan musik keroncong yang diwariskan kepada mereka, itu merupakan penghormatan terhadap para leluhur. UNESCO pada tahun 1971 kemudian memproduksi piringan hitam permainan OK Moresco Toegoe yang dipimpin oleh Jacobus Quiko dengan repertoar antara lain lagu-lagu dari masa Hindia Belanda, seperti Oud Batavia dan Schoon ver van jou. Mereka juga sejak tahun 1989 telah acap kali diundang mengadakan pertunjukan musik keroncong pada Pasar Malam Tong Tong di Den Haag, Negeri Belanda.

    Meski musik Krontjong Toegoe diyakini berasal dari Portugal, penelitian ini mengatakan bahwa Krontjong Toegoe adalah sebuah musik hibrida, campuran dari berbagai budaya Barat dan non-Barat yang membaur membentuk sebuah sintesis musikal yang unik. Komunitas Tugu boleh saja menganggap bahwa mereka adalah keturunan Portugis, namun pada kenyataannya mereka telah bercampur dengan kelompok etnik lainnya, meniru gaya hidup orang Belanda, dan sebagian dari mereka adalah keturunan Indo-Belanda.

    Betapapun juga, Krontjong Toegoe adalah cikal bakal dari musik keroncong sebagai salah satu aliran besar musik Indonesia, yang telah diterima dan menjadi milik bangsa Indonesia. Komunitas Tugu memang hidup tidak terpisahkan dari musik, karena menurut tradisi mereka setiap anggota komunitas Tugu disyaratkan mengenal musik keroncong. Itu sebabnya dengan semangat yang mereka miliki secara turun-temurun, kehidupan musik Krontjong Toegoe diyakini akan langgeng selamanya.